Sabtu, 24 Maret 2012

Konsep Sehat

WHO mendefinisikan megenai sehat mempunyai karakteristik yang dapat meningkatkan konsep sehat ositif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. memusatkan erhatian secara utuh terhadap setiap individu.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO), yaitu :
“Kesehatan ialah suatu kondisi Sejahtera Jasmani Rohani serta Sosial Ekonomi”
Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :
1. Udara
2. Air
3. Makanan dan Minuman
4. Keseimbangan Emosi
5. Olahraga Teratur
6. Istirahat Cukup

Apabila keenam factor ini ada yang kurang atau terganggu fungsinya, maka kesehatan tidak akan seimbang. Karena, pola hidup manusia masa kini kurang sehat, dari segi lingkungan yang penuh polusi begitu juga dari segi makanan yang mengandung banyak bahan kimiawi.
3 komponen penting menurut WHO :

1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.

Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.



b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual (komponen tambahan )
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

Menurut para ahli konsep sehat adalah :
• Menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.

• Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

• Menurut White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.


Jadi, Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Jadi, Konsep Sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah. Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Adapun Dimensi Konsep Sehat sebagai berikut :
Penyesuaian yang dilakukan pada aspek psikis manusia umumnya merupakan satu kesatuan dengan aspek biologis, dan perkembangan psikologis manusia itu sendiri sebagai subtansi dari sistem eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek yg ada dalam diri manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang dapat mempengaruhi terhadap kesehatan mental, yaitu:
a. Pengalaman awal/ pengalaman pertama :
Pengalaman yan didapatkan dari suatu kejadian yang baru pertama kali dirasakan, akan menguji mental seseorang dalam masa yang akan datang.

b. Kebutuhan individu :
Bila seseoarang mampu memenuhi kebutuhannya, secara primer dan sekunder, bila kemampuan seseorang sudah mencapai puncaknya tapi suatu saat tidak dapat terpenuhi maka orang tersebut akan mengalami gangguan mental.
• Fisik
• Emosi
• Spiritual
• Intelektual

Sejarah Perkembangan Psikologi Kesehatan Mental
Psikologi kesehatan mental sudah ada sejak jaman prasejarah namun menurut para ilmuan sejak perang dunia II bsrulah diteliti serta di observasi. Namun para ilmuan meyakini bahwa ilmu tersebut sedah ada sejak jaman manusia itu sendiri ada.
Zaman peradaban awal
1. Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2. Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3. Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)

Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan.
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.


Teori Perkembangan Kepribadian menurut Erikson
Erik Erikson mengemukakan perkembangan ego melalui 8 tahap perkembangan psikososial agar mencapai perkembangan ego yang matang.
Tahap 1 : Pada Masa oral-sensorik
Memperoleh dasar kepercayaan dan di pihak lain mengatasi dasar ketidak-percayaan. Seorang bayi dilahirkan mulai berhadapan dengan kehidupan di dunia luar, tidak lagi tenang dan aman seperti ketika masih berada dalam kandungan ibunya. Erikson menamankan ini dengan krisis emosi antara mempercayai dan tidak mempercayai sesuatu.
Tahap 2: Masa anal-muskulatur
Merasakan adanyakebebasan dan perasaan malu dan ragu-ragu. Pertumbuhan fisik pada tahp ini memungkinkan untuk melakukan gerak-gerik, berjalan, berlari dengan bebas. Anak ingin mengetahui segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Penghalusan kemampuan-kemampuan motoriknya terlihat pada kemampuannya untuk menguasai otot, mampu membuang air seni dam membuang air besar.
Tahap 3: Masa genital-locomotor
Memperoleh perasaan bebas berinisiatif dan dipihak lain mengatasi perasaan bersalah. Pada anak mulai tumbuh “kepribadian”, ia mulai menetahui kemampuannya dan bisa berkhayal mengenai apa yang akan dilakukan. Ia bisa mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan.
Perkembangan psikologis pada masa ini terlihat dalam dua hal yakni:
1. Bahwa unsur-unsur struktur kepribadian, yakni id, ego dan superego mulai mencapai keseimbangan sabagai satu-kesatuan psikologis yang sesuai dan menampilkan kepribadian tertentu.
2. Anak mulai bisa mengetahui perbedaan-perbedaan jenis kelamin terhadap orang disekitarnya.
Tahap 4: Masa laten
Memperoleh perasaan gairah dan di pihak lainmengatasi perasaan rendah diri. Anak menyadari kebutuhannya untuk mendapat tempat dalam kelompok seumurannya.
Tahap 5: identitas vs kekacauan identitas
a. Orangtua sebagai figure identifikasi mulai luntur dan mencari figure identifikasi lain.
b. Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakininya.
c. Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali.
Tahap 6: keintiman vs isolasi
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja:
a. Terjadi hubungan yang penting dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
Tahap 7: perhatian terhadap apa yang diturunkan vs kemandekan
a. Adanya perhatian terhadap keturunan.
b. Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan.
c. Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi perhatian, berbagi dan membagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
Tahap 8: integritas vs keputusasaan, integritas adalah keberhasilan menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam hidup.
a. Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati keuntungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
b. Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidup sendirinya.
c. Dapat timbul keputusasaan dalam menghadapi perubahan siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup dihadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga kadang kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bahwa ajal sudah dekat.

Teori Perkembangan menurut Sigmund Freud
Freud mengemukakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung seumur hidup dan melalui tahap-tahap sesuai umurnya :
Fase oral: berlangsung dari umur 0-1 tahun
pada tahun pertama kehidupan.daeah pokok kegiatan dinamika adalah mulut sehingga fase ini dinamakan fase oral. Mulut dipandang sebagai sumber keenakan-ketidakenakan, kepuasan-ketidakpuasan, kenikmatan-ketidaknikmatan, yang berasal dari makanan yaitu pada saat menyusui atau disuapi.


Fase anal: berlangsung dari umur 1-3 tahun
ditandai dengan berkembangnya kepuasan (kateksis) dan ketidakpuasan (antikateksis) disekitar fungsi eliminasi. Dengan mengeluarkan feses timbul perasaan lega, nyaman, dan puas. Hal penting yang perlu diketahui:
Fase Falik: berlangsung sekitar umur 3-5 tahun
yang menjadi daerah erogen adalah bibir, fase anal adalah anus, sedangkan pada fase falik, daerah erogen terpenting adalah alat kelamin. Sebagai pusat dinamika perkembangan adalah perasaan seksual, dan agresif karena berfungsinya alat kelamin.
Fase laten: berlangsung sekitar umur 5-12 atau 13 tahun.
Laten artinya terpendam atau tersembunyi. Pada fase ini impuls cenderung dalam keadaan terpendam atau tersembunyi.
Fase pubertas: berlangsung sekitar 13-20 tahun.
Impuls-impuls yang semula tenang, tersembunyi menonjol kembali sehingga menimbulkan aktivitas dinamis lagi.
Fase Genital : berlangsung sekitar umur tahun 12 – 18 tahun.
individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang lain diinginkan hanya karena memberikan bentuk tambahan kenikmatan jasmaniah.

refrensi :

Psikologi Keprinadian I , Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) ,Editor : Dr. A. Supratiknya.

Theories of personality, calvin .s. Hall dan Gardner Lindzey

Wiley,john. Theories of personality,1978.New York.kansius

Kesehatan Mental

Konsep Sehat Serta Dimensinya

Konsep Sehat

WHO mendefinisikan megenai sehat mempunyai karakteristik yang dapat meningkatkan konsep sehat ositif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. memusatkan erhatian secara utuh terhadap setiap individu.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO), yaitu :
“Kesehatan ialah suatu kondisi Sejahtera Jasmani Rohani serta Sosial Ekonomi”
Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :
1. Udara
2. Air
3. Makanan dan Minuman
4. Keseimbangan Emosi
5. Olahraga Teratur
6. Istirahat Cukup

Apabila keenam factor ini ada yang kurang atau terganggu fungsinya, maka kesehatan tidak akan seimbang. Karena, pola hidup manusia masa kini kurang sehat, dari segi lingkungan yang penuh polusi begitu juga dari segi makanan yang mengandung banyak bahan kimiawi.
3 komponen penting menurut WHO :

1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.

Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.



b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual (komponen tambahan )
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

Menurut para ahli konsep sehat adalah :
• Menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.

• Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

• Menurut White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.






Jadi, Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Jadi, Konsep Sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah. Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Adapun Dimensi Konsep Sehat sebagai berikut :
Penyesuaian yang dilakukan pada aspek psikis manusia umumnya merupakan satu kesatuan dengan aspek biologis, dan perkembangan psikologis manusia itu sendiri sebagai subtansi dari sistem eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek yg ada dalam diri manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang dapat mempengaruhi terhadap kesehatan mental, yaitu:
a. Pengalaman awal/ pengalaman pertama :
Pengalaman yan didapatkan dari suatu kejadian yang baru pertama kali dirasakan, akan menguji mental seseorang dalam masa yang akan datang.

b. Kebutuhan individu :
Bila seseoarang mampu memenuhi kebutuhannya, secara primer dan sekunder, bila kemampuan seseorang sudah mencapai puncaknya tapi suatu saat tidak dapat terpenuhi maka orang tersebut akan mengalami gangguan mental.
• Fisik
• Emosi
• Spiritual
• Intelektual

Sejarah Perkembangan Psikologi Kesehatan Mental
Psikologi kesehatan mental sudah ada sejak jaman prasejarah namun menurut para ilmuan sejak perang dunia II bsrulah diteliti serta di observasi. Namun para ilmuan meyakini bahwa ilmu tersebut sedah ada sejak jaman manusia itu sendiri ada.
Zaman peradaban awal
1. Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2. Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3. Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)

Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan.
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.

referensi : Psikologi Kepribadian I, sejarah dan konsep kesehatan (2005)