Rabu, 03 Oktober 2012

psikologi lintas budaya

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA 1. Jelaskan pengertian psikologi lintas budaya ? Jawaban : a. Menurut Segall, Dasen, dan Poortinga (1990,psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebaranya, sekaligus menghitungkan cara perilaku itu dibentuk dan di pengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. b. Riset lintas budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematis dan eksplisit antara ubahan-ubahan (variabel) psikologi dibawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan anteseden-an-teseden dan proses-proses yang memerantarai (mediate) kemunculan perbedaan perilaku (eckensberger, 1972, hal. 100) c. Psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal (Triandis,Malpass, & Davidson, 1972, Hal. 1) d. Psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa kearah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. Dalam sebagian besar kajian, kelompok-kelompok yang dikaji biasa berbicara dengan bahasa berbeda dan dibawah pemerintahan unit-unit politik yang berbeda (Brisling, Lonner, & Thorndike, 1973, hal.5) e. Psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan (Triandis, 1980, hal. 1). 2. Apa tujuan psikologi lintas budaya ? Jawaban : Tujuan dari lintas-budaya psikolog adalah untuk melihat manusia dan perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang ada disekitar kita. Untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya. 3. Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lain ? Jawaban : Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya. Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara sederhana Triandis (1994) mem buat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara budaya dan perilaku sosial, Ekologi – budaya – sosialisasi – kepribadian – perilaku Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna, bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-politik dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku dan karakter psikologis. Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi, genetika, transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan melahirkan suatu perilaku dan karakter psikologis tertentu. 4. Etnosentrisme dalam psikologi lintas budaya ? Jawaban : Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan. Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya. Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel. Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya. Berdasarkan definisi ini etnosentrisme tidak selalu negatif sebagimana umumnya dipahami. Etnosentrisme dalam hal tertentu juga merupakan sesuatu yang positif. Tidak seperti anggapan umum yang mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan sesuatu yang semata-mata buruk, etnosentrisme juga merupakan sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan dan kekayaan. Pada saat konflik, etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan adanya etnosentrisme, kelompok yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan saling dukung satu sama lain. Contoh : dalam buku ini dijelaskan ketika bangsa Belanda yaitu Jan Pieterzoon Coen hadir di Batavia, ia membangun gudang penyimpanan harta mereka ditepi timur kali Ciliwung yang kemudian diperkuat dengan perbentengan. Benteng tersebut digunakan untuk segala kesibukan pedagangan dan kehidupan sehari-harinya berpusat di benteng. Rumah-rumah tempat tinggal ini yang mengingatkan dengan ruma-rumah di negeri Belanda yang dibangun disepanjang kanal (gracht). 5. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosiologi ? Jawaban : Persamaan : Bila melalui enkulturasi seperti Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menysuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan yang lebih besar (masyarakat). Misalnya anak kecil menyesuaikan diri dengan waktu makan dan waktu minum secara teratur, mengenal ibu, ayah, dan anggota-anggota keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya, dan seterusnya sampai ke hal-hal di luar lingkup keluarga seperti norma, adat istiadat, serta hasil-hasil budaya masyarakat.. Dalam masyarakat ia belajar membuat alat-alat permainan, belajar membuat alat-alat kebudayaan, belajar memahami unsur-unsur budaya dalam masyarakatnya. Pada mulanya, yang dipelajari tentu hal-hal yang menarik perhatiannya dan yang konkret. Kemudian sesuai dengan perkembangan jiwanya, ia mempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih kompleks dan bersifat abstrak. Di samping enkulturasi, terdapat sosialisasi. Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. Di mana-mana, di berbagai kebudayaan, sosialisasi tampak berbeda-beda tetapi juga sama. Meskipun caranya berbeda, tujuannya sama, yaitu membentuk seorang manusia menjadi dewasa. Proses sosialisasi seorang inndividu berlangsung sejak kecil. Mula-mula mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individulain dalam lingkungan terkecil (keluarga), kemudian dengan teman-teman sebaya atau sepermainan yang bertetangga dekat, dengan saudara sepupu, sekerabat, dan akhirnya dengan masyarakat luas. Perbedaan : Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barata seperti Negara timur china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang individualistik (Triandis, 1985, 1994). Individualistik adalah orientasi individu atau diri yang mencakup pemisahan diri dari orang lain sedangkan koletivistik menunjuk pada orientasi kelompok yang mencakup hubungan diri dari orang lain. Orientasi individualistik versus kolektivistik ditemukan sebagai dimensi dasar dari budaya alamiah (Hoftsede, 1980). Contoh Di Jepang sekolah menekankan orientasi kelompok dan keterhubungan dengan orang lain, ketimbang individualisme. 6. Persamaan dan perbedaan antar budaya melalui perkembangan moral ? Jawaban : Perkembangan moral merupakan salah satu bentuk kajian dalam psikologi. Para ahli berpendapat bahwa, perkembangan moral sangat di pengaruhi oleh budaya dimana individu tersebut tinggal. Karena moral adalah nilai (values) sebuah budaya, sehingga kemungkinan sebuah budaya mengganggap sebuah tindakan bermoral, tetapi budaya lain menggap itu sebaliknya. Teori dominan tentang penalaran moral dalam psikologi perkembangan adalah teori yang diajukan oleh Kohlberg (1976,1984) ia melihat bahwa ada tiga tahap dalam perkembangan keterampilan penalaran moral. Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral itu adalah sebagai berikut: 1. Moralitas prakonvensional, dengan penekanan pada kepatuhan terhadap aturan untuk menghindari hukuman dan mendapat hadiah. 2. Moralitas konvensional, dengan penekanan pada konformitas pada aturan yang ditentukan oleh persetujuan orang lain atau aturan-aturan masyarakat. 3. Moralitas pascakonvensional, dengan penekanan pada penalaran moral menurut prinsip-prinsip dan hati nurani individu. Dari sini di dapatkan persamaan dan perbedaan perkembangan moral terhadap budaya. Missal: dalam moral masyarakat sekitar yang biasanya ditentukan karna adanya budaya, begitu juga perbedaannya yang terdapat dalam masyarakat terhadap antar budaya. 7. Persamaan dan perbedaan antar budaya melalui perkembangan remaja? Jawaban: Persamaan yang didapatkan dalam antar budaya dalam perkembangan remaja bisa dilihat dari tingkah laku remaja yang sekarang cenderung berubah dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini pengaruh budaya barat tidak hanya sebatas cara berpakaian, pergaulan, tapi juga di bidang pendidikan dan gaya hidup. Subjek yang paling terpengaruh adalah remaja. Bahkan bagi sebagian remaja, gaya hidup barat merupakan suatu kewajiban dalam pergaulan. Tanpa disadari, para remaja telah memadukan kebudayaan dengan pergaulan dalam aspek kehidupan mereka. Pada dasarnya remaja memiliki semangat yang tinggi dalam aktivitas yang digemari. Mereka memiliki energi yang besar, yang dicurahkannya pada bidang tertentu, ide-ide kreatif terus bermunculan dari pikiran mereka. Selain itu, remaja juga memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Untuk menuntaskan rasa ingin tahunya, mereka cenderung menggunakan metode coba-coba. Sebagai contoh, ketika berkembang sistem belajar yang menyenangkan atau disebut Quantum Learning, remaja cenderung mencoba hal tersebut. Namun hal ini tidak terbatas hanya pada budaya yang bersifat positif, tapi juga pada budaya negatif. Misalnya, ketika berkembang budaya “clubbing” di kota-kota besar, sebagian besar remaja marasa tertarik untuk mencoba, sehingga ketika sudah merasakan kelebihannya, perbuatan itu terus dilakukan. Selanjutnya yang kedua ialah faktor eksternal. Keluarga berperan penting dalam membimbing remaja untuk menentukan yang baik atau tidak untuk dilakukan. Orang tua memegang peranan utama didalam sebuah keluarga. Segala tindakanya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan fisik dan psikis anak. Remaja dengan orang tua yang memperhatikan mereka cenderung dapat memilah pergaulan yang berdampak positif atau negatif bagi mereka. Kemudian, lingkungan turut mempengaruhi pergaulan. Ini cenderung berkembang pesat di kota-kota besar. Kondisi kota besar yang cepat mendapatkan informasi baru, menyebabkan para remaja lebih mudah terpengaruh. Ditambah dengan sistem hidup yang terbuka terhadap budaya asing. Namun, Faktor yang paling mempengaruhi remaja dalam mengadaptasi pergaulan itu ialah teman. Bagi sebagian besar remaja, teman memiliki posisi yang lebih penting daripada orang tua. Teman merupakan tempat berbagi kesedihan dan kebahagiaan, tempat mencurahkan rahasia-rahasia dalam dirinya. Oleh karena itu, munculah suatu ikatan ketergantungan dengan teman. Dari perpaduan antara kebudayaan dengan pergaulan remaja tersebut , akan muncul berupa dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu mengubah sistem belajar yang monoton kini telah digantikan oleh sistem pembelajaran yang disebut dengan “Enjoy Learning”. Sistem ini telah diterapkan oleh banyak Sekolah di Indonesia. Melalui sistem ini, generasi muda dapat merasakan belajar sebagai suatu hal yang menyenangkan dan merupakan suatu kebutuhan. Dengan adanya pengembangan sistem belajar serta lancarnya jalur komunikasi dan informasi, memudahkan generasi muda untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara lain. Sehingga akan dihasilkan genersai muda Indonesia yang cerdas untuk membangun bangsa. Sedangkan dampak negatifnya ialah perubahan gaya hidup yang mengadopsi budaya barat. Remaja denga gaya hidup tersebut menjalani hidup sesuai dengan keinginan mereka. Mereka menghabiskan hidupnya untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, berpesta pora, dan menghabiskan waktu dengan sia-sia. Dampak yang paling bahaya dari itu semua adalah pergaulan bebas. Dalam pergaulan remaja barat, hampir tidak ada “batasan” antara pria dan wanita. Pacaran yang kemudian dilanjutkan dengan pelukan, ciuman, bahkan hubungan badan merupakan hal yang biasa. Dengan adanya pengaruh dari media yang sangat kuat, pergaulan bebas mulai marak dikalangan generasi muda Indonesia. Terutama di kota – kota besar yang dihuni sebagian besar oleh para pelajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Penelitian Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) selam 3 tahun, mulai Juli 1999 hingga Juli 2002, dengan melibatkan sekitar 1.660 responden dari 16 Perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta, diperoleh data bahwa 97,05 % mahasiswinya sudah kehilangan keperawanannya saat kuliah. Selain karena adanya dukungan media, hal ini juga disebabkan oleh suasana kos yang mendukung di Yogyakarta, yaitu tidak adanya kontrol oleh pemilik kos. Hal ini merupakan sebuah peringatan keras bagi bangsa Indonesia untuk memperbaiki kondisi generasi muda. Saat ini, hampir sebagian besar generasi muda telah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa timur. Hal ini terjadi karena tidak ada lagi rasa bangga terhadap budaya timur. Seorang remaja yang rajin belajar, menghabiskan waktu di perpustakaan dan di rumah, serta patuh pada orang tua dan guru dianggap sebagai orang yang norak, kuno, dan kurang pergaulan. Sebaliknya, remaja yang nilai-nilainya rendah, menghabiskan waktu di mal atau diskotek, melawan pada guru, berontak terhadap keinginan orang tua, dan yang menganut gaya hidup “hura-hura” dianggap sebagai dewa pergaulan. Sehingga banyak remaja yang merubah gaya hidupnya demi pergaulan. Untuk mengantisipasi dampak tersebut, Remaja seharusnya dapat memilah dan menyaring perkembangan budaya saat ini, jangan menganggap semua pengaruh yang berkembang saat ini semuanya baik, karena belum pasti budaya barat tersebut diterima dan dianggap baik oleh Budaya Timur kita. Dan untuk para orangtua sebaiknya lebih mendekatkan diri kepada anaknya, dan berusaha menjadi teman untuk anaknya sehingga dapat memberikan saran kepada anak, dan anak pasti akan merasa lebih dekat kepada Orangtua dan akan mengingat saran dari orangtuanya tersebut. 8. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal konformitas, compliance, dan aobidiance ? Jawaban : Pengertian Konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat.( Soerjono Soekanto, 2000 ). Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan eksperimen di Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yg diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar dalam suatu ruang gelap. Di kala eksperimen dilakukan dengan masing-masing subjek secara terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang subyek sekaligus dan para subjek dimungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka jawaban subyek cenderung sama.Dari eksperimen ini Sherif menyimpulkan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial. Dari hal itu pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, konformitas berarti keselarasan,kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial. Contoh : Pola memberi sumbangan, pelanggaran lalu lintas, dll. Dari uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada. Persamaannya : Semua masyarakat yg melakukan konformitas karena ingin di terima sebagai anggota atau bagian dr suatu kelompok, agar tidak dianggap salah. Perbedaan : Beragamnya suku dan budaya dan adat istiadat yang dijalankan buat individu menjadi berbeda beda sesuai dengan keyakinan yang dijalanin. Dilihat dari Konteksnya : Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Dilihat dari konteks masyarakat Teori dan metodologi tersebut diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur. Dilihat dari Gender Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita sendiri. Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita. Dilihat dari segi Kognisi Sosial Dalam psikologi, kognitif adalah referensi dari faktor-faktor yang mendasari sebuah prilaku. Kognitif juga merupakan salah satu hal yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Pola pikir dan perilaku manusia bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruksi sosial. Sedangkan kebudayaan (culture) dalam arti luas merupakan kreativitas manusia (cipta, rasa dan karsa) dalam rangka mempertahankan kelangsunganhidupnya Dalam hal individualis Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Budaya dengan diri individual mendesain dan mengadakan seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian sertiap anggotanya. Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yang terpisah dari orang lain, termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan yang cenderung lebih mengarah pada tujuan diri individu. Konformitas adalah proses dimana seseorang mengubah perilakunya untuk menyesuaikan dengan aturan kelompok. kompliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya tidak setuju. Kepatuhan atau obedience merupakan salah satu bentuk ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah langsung, biasanya dari seseorang dengan suatu posisi otoritas. Untuk membandingkan bagaimana conformity, compliance, dan obedience secara lintas budaya, maka telaah itu harus memusatkan perhatian pada nilai konformitas dan kepatuhan itu sebagai konstruk sosial yang berakar pada budaya. Dalam budaya kolektif, konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang “baik” tetapi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi secara baik dalam kelompoknya, dan untuk dapat berhasil menjalin hubungan interpersonal bahkan untuk dapat menikmati status yang lebih tinggi dan mendapat penilaian atau kesan positif. 9. Persamaan dan perbedaan antar budaya melalui nilai-nilai ? Jawaban : Lintas budaya mengenai nilai-nilai baik kemasyarakatan maupun perseorangan tergolong baru nilai merupakan gambaran yang dipegang oleh perseorangan atau secara kolektif oleh anggota kelompok, yang mana dapat diinginkan dan mempengaruhi baik pemaknaan dan tujuan tindakan diantara pilihan-pilihan yang ada. Dalam psikologi lintas budaya nilai dimasukkan sebagai salah satu aspek dari budaya atau masyarakat. Nilai muncul menjadi ciri khas yang cenderung menetap pada seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai berpengaruh pada sifat kerpibadian dan karakter budaya. Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu : 1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas) 2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat). 10. Persamaan dan perbedaan dalam perilaku gender ? Jawaban : Persamaan : Gender merupakan kajian tentang tingkah laku dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Perbedaan pola sosialisasi ini juga berkaitan dengan beberapa faktor budaya dan faktor ekologi. Gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita sendiri. Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita. Perbedaan : Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita sendiri. 11. Persamaan dan perbedaan dalam hal social masyarakat ? Jawaban : Masyarakat didefinisikan oleh Ralph Linton sebagai “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”. Sejalan dengan definsi dari Ralph Linton, Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orangorang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan” (Soerjono Soekanto, 1986). Mengacu kepada dua definisi tentang masyarakat seperti dikemukakan di atas, dapat di identifikasi empat unsur yang mesti terdapat di dalam masyarakat, yaitu: 1) Manusia (individu-individu) yang hidup bersama, 2) Mereka melakukan interaksi sosial dalam waktu yang cukup lama. 3) Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. 12. Persamaan dan perbedaan dalam hal social kognitif ? Jawaban : Kognitif diartikan sebagai kegiatan untuk memperoleh, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam psikologi, kognitif adalah referensi dari faktor-faktor yang mendasari sebuah prilaku. Kognitif juga merupakan salah satu hal yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Pola pikir dan perilaku manusia bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruksi sosial. Sedangkan kebudayaan (culture) dalam arti luas merupakan kreativitas manusia (cipta, rasa dan karsa) dalam rangka mempertahankan kelangsunganhidupnya. Manusia akan selalu melakukan kreativitas (dalam arti luas) untuk memenuhi kebutuhannya (biologis, sosiolois, psikologis) yang diseimbangkan dengan tantangan, ancaman, gangguan, hambatan (AGHT) dari lingkungan alam dan sosialnya. Ada berbagai hal yang berhubungan dengan keberadaan faktor kognisi dalam pengaruhnya terhadap lintas budaya : a. Kecerdasan Umum Kecerdasan umum merupakan tingakat IQ dalam suatu kebudayaan atau daerah secara umum. Menurut Mc. Shane dan Berry kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yang cukup tajam terhadap terhadap tes kemampuan kognitif. Mereka menambahkan tentang deprivasi individu (kemiskinan, gizi yang rendah, dan kesehatan), disorganisasi budaya sebagai pendektan untuk melengkapi konsep G. jika disimpulkan beberapa hal yang memepengaruhi kemempuan kognitif seseorang bukanlah budaya yang ada pada lingkungan mereaka akan tetapi kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor genetik, keadaan psikis, deprivasi individu dan disorganisasi budaya b. Genetic epistemologi (faktor Keturunan) Genetic Epistemologi adalah salah satu teori dari jean Piaget yang isinya adalah mengatakan bahwa adanya koherensi antara penampilankonitif saat berbagai diberikan pada seseorang. Piagetian berkembang dari penelitian yang homogen menjadi heterogen. Penelitian lintas budaya yang menggunakan paradigma ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi dan faktor budaya tidak mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi seberapa cepat dalam mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak akan sama disetiap tempat dan kebudayaan tertentu. c. Cara Berpikir Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana” dari pada aspek “seberapa banyak” (kemempuan) dalam kehidupan kognitifnya. Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap masalahyang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari pola dari aktivitas kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada pola kemampuan yang berbeda juga. Seorang pengembang dimensi model kognitif FDI yang bernama Within menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini tergantung pada cara yang ditempuh untuk membuktikan “pola” yang dipilih. Tetapi menjelaskan pola kuyrang begitu luas cangkupannya daripada kecerdasan umum. Membangun FDI yang dimaksud adalah memperbesar kepercayaan dari individu tersebut atau menerima lingkungan fisik atau sosial yang diberikan, melakukan pekerjaan yang bertolak belakang seperti menganalisis atau membangun. d. Contextualized coqnition (Pengamatan kontekstual) Secara garis besar Cole dan Scriber memberikan suatu metodologo dan teori tetang kontek kognisi. Teori dan metodologi tersebut diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur. 13. Persamaan dan perbedaan dalam hal individual dan kolektivitas ? Jawaban : A.Individual Diri individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal; kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian dan pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Budaya dengan diri individual mendesain dan mengadakan seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian sertiap anggotanya. Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yang terpisah dari orang lain, termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan yang cenderung lebih mengarah pada tujuan diri individu. Dalam kerangka budaya ini, nilai akan kesuksesan dan perasaan akan harga diri megambil bentuk khas individualisme. Keberhasilan individu adalah berkat kerja keras dari individu tersebut. Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sagat khas dengan cirri perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas utama normative pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya dengan individu lain B.Kolektif Dalam konstruk diri kolektif ini, nilai keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah saling terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif ini, informasi mengenai diri yang terpenring adalah aspek-aspek diri dalam hubungan. Daftar Pustaka Http://nurdiniamalia.files.wordpress.com/2009/05/kajian-psikologi-lintas-budaya.doc 26/09/2011 http://fadjarsoelistyp.blogspot.com/20/10/07/kajian-psikologi -lintas-budaya-dalam.html 26/09/2011 http://abdiplizz.wordpress.com/2011/04/19/perkembangan-moral/ 27/09/2011 http://orthevie.wordpress.com/2010/05/29/teori-perkembangan-moral-menurut-kohlberg/ 27/09/2011 http://emanemancakk.student.umm.ac.id/2010/01/22/perkembangan-kebudayaan-dan-pergaulan-remaja-2/ 27/09/2011 http://luvvpolkadot.wordpress.com/2011/10/01/psikologi-lintas-budaya/ http://piyapoenya.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html http://www.psychologymania.com/2012/06/penelitian-lintas-budaya-tentang_1395.html http://jonbares.wordpress.com/2011/10/02/psikologi-lintas-budaya/ http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya http://psikologi-online.com/etnosentrisme http://bigsidik.blogspot.com/2011/09/psikologi-lintas-budaya.html Koentjaraningrat (2002). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia Matsumoto, D. (2002). Culture, psychology, and education. In W. J. Lonner, D. L. Dinnel, S. A. Hayes, & D. N. Sattler (Eds.), Online Readings in Psychology and Culture (Unit 2, Chapter 5), (http://www.ac.wwu.edu/~culture/index-cc.htm), Center for Cross-Cultural Research, Western Washington University, Bellingham, Washington USA Triandis, H.C. (1994). Culture and Social Behavior. New York : McGraw-Hill. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H. Burhanuddin,MM. Penerbit Rineka Cipta ISBN : 979-518-761-9 Tahun terbit 1997

Jumat, 15 Juni 2012

kesehatan mental

pada pembelajaran kali ini saya merasakan terharu, sangat menyentuh lebih sadar bahwa hidup itu sebenarnya indah dan seharusnya tidak ada yang perlu di keluhkan dalam fisik yang sempurna seperti ini , orang yang mempunyai kekurangan saja masih bisa tersenyum dan menjadi motivasi orang banyak. sedangkan kita yang masih sempurna terkadang bermalas malasan dalam menjalani hidup yang indah ini. makanya buat kehidupan saya , jadi bisa lebih berfikir positif bahwa tidak ada yang tidak mungkin. jadi lebih sadar dan peka terhadap perasaan orang tua , karena terkadang suka cuek sama orang tua dan banyak waktu yang di siasiakan begitu saja. dan kadang hidup cuma membuat kesenangan semata tanpa memikirkan susahnya orang tua mencari uang. harapan saya semoga kita sebagai anak muda , yang masih mampu untuk sekolah , belajar, menuntut ilmu , belajar sekeras mungkin tanpa ada rasa mengeluh sedikitpun karena masih banyak orang yang lebih kekurangan dari pada kita dan dia mampu menjadi orang besar yang berhasil dan mampu menjadi inspirasi bagi kita semua

Minggu, 22 April 2012

CINTA DAN PERKAWINAN

Cinta dan Perkawinan cinta menggambarkan suatu perasaan kasih sayang atau kesukaan yang sangat kuat , nafsu/seksual, perasaan kasih sayang, ingin menjaga, menghargai. Para psikolog memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda satu sama lain terhadap masalah cinta ini. Pertama, mereka mengetahui ada bentuk cinta yang berbeda. Kedua, ada cinta seksual dalam konteks menjaga, dan mengakhiri hubungan orang dewasa. Ketiga, mereka memperlakukan cinta sebagai aktifitas –aktifitas manusia sebagai halnya dengan aktivita-aktivitas lainnya, seperti hal-hal magis. Dalam percintaan ,, banyak hal yang harus di lewati sebelum akhirnya seseorang memutuskan untuk memasuki perkawinan, untuk mengikat cinta agar lebih sakral. Dimulai dalam memilih pasangan. 1. Memilih pasangan Cinta menyatukan semua umat yang memiliki rasa kasih sayang dan saling menjaga dan mencintai. Saat, semua insan ingin bersatu dalam pernikahan dan mengikat dirinya dari 1 enjadi 2 untuk bersama, banyak hal yang harus diperhatikan. Yaitu memilih pasangan yang tepat untuk masa depannya nanti. Menurut cara nabi Muhammad saw memilih pasangan yang tepat dalam konteks islam adalah : 1. Seiman 2. Mempunyai akhlak yang baik 3.agamis ( ilmu agamanya kuat ) sehungga ibsa saling menuntun di jalam kebaikkan. Menurut beberapa tokoh : memilih pasangan cenderung orang banyak yang melihatnya dari : dapat mengerti satu sama lain, dewasa, dapat saling menjaga, memahami karakter masing-masing pasangan. Tidak sedikit saat akan melanjutkan ke jenjang pernikahan banyak pasangan yang menyebutkan hal ini. Merasa pasangannya baik untuk dia, dan akhirnya mereka memilih untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan karena pilihannya sudah tepat untuk mendampingi hidupnya nanti. 2. Hubungan dalam perkawinan Dalam perkawinan terdapat tipe-tipe hubungan yang berbeda-beda, contoh : Menurut Cuber & Harroff, secara keseluruhan terdapat enam klasifikasi atau tipe hubungan dalam perkawinan. • Conflict-habituated Tipe hubungan conflict-habituated adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar. Kebiasaan ini menjadi semacam jalan hidup bagi mereka, sehingga secara konstan selalu menemukan ketidaksepakatan. Jadi, stimulasi perbedaan individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut. Kadang didukung oleh kehidupan seks yang memuaskan. • Devitalized Tipe hubungan devitalized merupakan karakteristik pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain saling menghargai. Namun, mereka cenderung mengalami kekosongan perkawinan dan tetap bersama-sama, terutama demi anak dan posisi mereka dalam komunitas. Cukup menarik, karena pasangan dengan tipe ini tak merasa bahwa dirinya tidak bahagia. Mereka berpikir bahwa keadaan yang dialami merupakan hal biasa setelah tahun-tahun penuh gairah dilampaui. Sayang sekali bahwa tampaknya ini merupakan tipe yang paling umum dalam perkawinan. • Passive-congenial Pasangan dengan tipe passive-congenial sama dengan pasangan tipe devitalized, tetapi kekosongan perkawinan itu telah berlangsung sejak awal. Perkawinan seperti ini seringkali disebabkan perkawinan lebih didasari kalkulasi ekonomi atau status sosial, bukan karena hubungan emosional. Seperti pasangan tipe devitalized, hanya sedikit keterlibatan emosi, tidak terlalu menghasilkan konflik, tetapi juga kurang puas dalam perkawinan. Nyatanya, pasangan-pasangan ini lebih banyak saling menghindar, bukannya saling peduli. • Utilitarian Berbeda dengan tipe-tipe yang lain, tipe utilitarian ini lebih menekankan pada peran daripada hubungan. Terdapat perbedaan sangat kontras, terutama bila dibandingkan dengan dua tipe terakhir (vital dan total) yang bersifat intrinsik, yaitu yang mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri. • Vital Tipe vital ini merupakan salah satu dari tipe hubungan perkawinan dengan ciri pasangan-pasangan terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain, dan saling berbagi dalam melakukan berbagai aktivitas. Pada tipe ini masing-masing pribadi memiliki identitas pribadi yang kuat. Di dalam komunikasi mereka terdapat kejujuran dan keterbukaan. Bila terdapat konflik biasanya karena hal-hal yang sangat penting dan dapat diatasi dengan cepat. Ini merupakan tipe perkawinan yang paling memuaskan. Sayang sekali tipe ini paling sedikit kemungkinannya. • Total Tipe ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe vital. Bedanya, pasangan-pasangan ini menjadi “satu daging” (one flesh). Mereka selalu dalam kebersamaan secara total, sehingga meminimalisasi adanya pengalaman pribadi dan konflik. Tidak seperti pada tipe devitalized, kesepakatan biasanya dilakukan demi hubungan itu sendiri. Tipe perkawinan seperti ini sangat jarang. 3. Penyesuaian dan pertumbuhan dalam memahami perkawinan Dalam perkawinan, masing-masing pihak pasangan mulai mengetahui baik-buruknya pribadi pasangan masing-masing, mereka bisa merasakan frekuensi dan intensitas kehidupan seksual yang mulai meningkat atau memudar. Perasaan kebosanan bisa mengahmpiri pasangan merupakan penyebab utama sejumlah besar keretakan dalam suatu hubungan atau perkawinan. Namun, antisipasi sangat penting : jika kedua belah pihak mempersiapkan diri mengahadapi hilangnya intensitas dalam kehidupan seksualnya, barangkali mereka bisa menghindari keputusan – keputusan tersebut. Tidak peduli apakah fase hubungan yang menyenangkan mulai berkembang dan justru mulai berakhirnya suatu hubungan, semuanya tergantung kemampuan masing-masing pasangan untuk menepis mitos-mitos yang ada. Pertumbuhan dalam perkawinan, bisa kadang memuncak dan menurun tidak bisa di perkirakan secara signifikan. Dalam menyesuaikan dan memahami perkawinan ada beberapa cara-cara efektif yang dapat memperbaiki keharmonisan rumah tangga agar baik kembali. Misalnya, berolahraga bersama, mengikuti memperbaiki rumah, refreshing saat waktu libur. Dengan begitu dalam perkawinan bisa saling memahami dan mengerti satu sama lain, dan dapat menghindari keretakkan rumah tangga yang tidak diinginkan. 4. Perceraian dan pernikahan kembali Tidak semua dalam perkawinan, bisa bertahan dengan lama harus didasarkan dengan cinta karena banyak perkawinan mampu bertahan dalam rentang yang sangat lama karena faktor-faktor di luar cinta semisal anak, keuangan atau takut sendirian. Sebuah perkawinan yang menyenangkan merupakan satu tindakan penyeimbangan yang terus menerus. Konflik yang muncul dalam sebuah perkawinan merupakan tanda-tanda kesehatan sebuah perkawinan. Melalui konflik orang menguji pemahamannya terhadap diri mereka sendiri, pasangannya atau dunia luar dan mereka seringkali harus terus belajar untuk melakukannya. Maka dari itu, tidak heran bila konflik ini tidak bisa di lewati dalam sebuah perkawinan maka akan terjadi perceraian. Perceraian yang terjadi dalam jangka dua hingga tiga tahun pertama. Kelangsungan suatu perkawinan tidak harus menunjukkan bahwa cinta harus berlangsung secara terus menerus agar perkawinan bisa bertahan lama mungkin tidak lagi di warnai birahi dan keintiman. Sebaliknya, banyak yang bercerai berkata “ kami saling mencintai, namun kami tidak dapat bersama-sama lagi”. Artinyam ini menggambarkan rentang kehidupan mereka yang mulai surut. Banyak faktor yang menyebabkan perceraian, dari pengkhianatan, penolakan, sakit hati, komunikasi yang kurang, persoalan seksual, soal anak, finansial dan masih banyak lagi yang memicu perceraian. Dalam suatu hubungan jangka panjang, berakhirnya cinta yang tak bisa di perbaiki biasanya merupakan peristiwa yang terjadi manahun, bukannya secara tiba-tiba. Dibutukan beberapa lama waktu untuk menemui konselor perkawinan sebelum suatu keadaan yang tidak bisa lagi dipertahankan masih bisa untuk diperjuangkan. Saat perceraian terjadi, dan di butuhkan beberapa waktu untuk istirahat sejenak dari permasalah yang sudah di lewati saat perkawinan tidak lagi dapat dipertahankan, tidak jarang orang-orang yang melaluinya than dengan kesendiriannya. Dan akhirnya bila ada saat yang tepat ada beberapa yang memutuskan untuk menikah kembali dan berjuang agar tidak terulang kesalahan yang sama. Dan biasanya intensitas perkawinan yang kedua ini lebih banyak kekhawatiran dan komitmen-komitmen yang lebih kuat karena masih ada rasa takut yang cukup besar saat menjalani perkawinan kembali. 5. Alternative selain pernikahan Bagi beberapa orang yang menganggap perkawinan hanyalah sebuah komitmen yang tidak bisa di pertanggungjawabkan , dan pernikahan hanyalah selembar kertas buku nikah yang sewaktu-waktu bisa saja rusak dan lenyap di makan waktu. Orang-orang ini lebih memilih untuk single/lajang sepanjang hidupnya. Memilih berteman sebanyak-banyaknya dan membuat suatu perkumpulan/genk agar tidak merasa kesepian. Tidak di pungkiri mencintai dan menyayangi adalah kebutuhan semua orang, namun banyak yang mengartikannya tidak harus meanjutkan ke sebuah pernikahan yang sakral. Hanya cukup saling menyayangi dan tidak ada ingin komitmen ataupun status yang akhirnya akan memberatkan bagi orang-orang yang memilih untuk hidup menyendiri tanpa memikirkan pernikahan. Mereka cenderung lebih menikmati menghabiskan waktu bersama teman, keluarga besar ataupun menyibukkan diri dengan perkerjaan mereka. Berusaha meniti karir sebaik mungkin tanpa memikirkan pernikahan. Jadi, tidak semua orang memilih untuk hidup bersama mskipun mereka saling mencintai, ada kalanya manusia berfikir bila mencintai membuat hati tidak sehat dan jiwapun tersiksa mereka lebih memilih untuk melepaskan dan bahkan ada yang memutuskan untuk sendiri sepanjang umurnya. Sumber: buku sex and love guide to teenagers, karangan Dr. Patrick Killingstone dan Dr.Margareth Cornellis.

Minggu, 08 April 2012

phobia

Phobia

PHOBIA, istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita ini, memang adalah suatu penyakit yang di akibatkan karena adanya traumatis di masa lalu. Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya.
Phobia ini sendiri ada beberapa jenis di antaranya takut ketinggian, ailurophobia: takut kucing, arachnophobia: takut laba-laba, cynophobia: takut anjing, nyctophobia: takut gelap, dll. Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
* Jantung berdebar kencang
* Kesulitan mengatur napas
* Dada terasa sakit
* Wajah memerah dan berkeringat
* Merasa sakit
* Gemetar
* Pusing
* Mulut terasa kering
* Merasa perlu pergi ke toilet
* Merasa lemas dan akhirnya pingsan
Banyak hal yang membuat seseorang mengidap phobia. Paling sering karena traumatis, terutama yang terjadi dimasa kecil. Phobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan phobia.

Seperti halnya yang dialami mama saya, sewaktu ia muda ia pernah mengalami traumatis yang menyebabkannya takut akan escalator. Saat berkunjung di sebuah mall yang baru saja buka di kotanya, dengan antusias mama saya juga teman-temannya mencoba untuk berjalan-jalan di sana. Tapi saat ingin menaikki escalator temannya terlalu terburu-buru sehingga kakinya terjepit di escalator dan harus di amputasi. Karena, melihat hal seperti itu mama saya sampai sekarang jadi trauma bila sedang berjalan – jalan dengan saya bila menjumpai escalator, ia akan segera menjauh dan memilih tangaa darurat atau lift. Tangan dan sekujur badannya akan segera bergetar ringkih, keringat dingin, bahkan sampai tidak kuat berdiri kalau harus benar-benar menaikki escalator tersebut.
Tapi sekarang banyak cara mengatasi phobia. Berikut berdasarkan info yang ku dapat ada beberapa perawatan utama untuk mengatasi fobia, yaitu:

a. Terapi berbicara.
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:
1. Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.
2. Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.

b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.

c. Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan.

Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu:
1. Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial (social phobia).

2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.

3. Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan.

Masalah Bisa Menyebabkan Stress

Masalah Bisa Menyebabkan Stress

Semua orang yang hidup pasti pernah menghadapi masalah yang cukup sulit untuk di selesaikan dan bila individu yang tidak kuat untuk mengahadapi masalah bisa mengalami stress.
Seperti saya yang pernah mengalami stress pasca Ujian Nasional, saya tahu pasti bukan hanya saya saja yang melewati masa ini, tapi karena kondisi badan yang tidak fit dan putus asa karena tidak pernah lulus dalam ujian try out membuat saya berkecil hati dalam mengahadapi Ujian Nasional.
Dalam teori Stress disebutkan bahwa “Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar dapatmengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagaihasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yangdapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu ataufungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja”.
Dari teori itu jelas dapat di ketahui bahwa stress pasca Ujian Nasional membuat saya menjadi down untuk menghadapi Ujian Nasional tersebut. Karena hal itu saya menjadi sedikit tertutup dan lebih memilih diam di rumah dan malas untuk belajar lebih giat lagi,karna berfikir “untuk apa belajar ? toh, tidak akan ada hasilnya ?” saya juga menarik diri dari lingkungan bermain saya, yang biasanya pulang sekolah saya menyempatkan diri untuk bermain atu hanya sekedar mengobrol untuk menghilangkan jenuh karena separuh hari belajar di dalam kelas. Tapi karena hal ini, mengubah pola kehidupan saya.
Untungnya hal ini tidak berlangsung lama, sikap saya yang seperti itu akhirnya membuat orang tua, teman-teman dan khususnya guru-guru saya memberikan semangat yang akihrnya dapat mengubah pola pikir saya agar berfikir ke depan dan tidak lagi terpuruk karena keadaan yang sebenarnya akan membuat masa depan saya benar-benar terpuruk.
Dari kejadian ini saya menyimpulkan , sebenarnya saat kita mengalami masalah yang benar-benar sulit untuk di hadapi kita tidak seharusnya terus-terusan menyalahkan diri, mengurung diri bahkan sampai menarik diri dari orang-orang terdekat kita ,karena itu bisa membuat kita semakin jatuh dan terpuruk.
Sebenarnya bila kita menghadapi masalah dengan kepala dingin, dan ingat bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, masalah yang kita hadapi mungkin bisa menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih kuat, karena ada pengalaman dan pembelajaran di balik itu semua.
Maka, dari itu saya berharap muda mudi jaman sekarang tidak mudah menyerah dalammenghadapi masalah di dalam hidup sehari-hari karena saya yakin semua masalah pasti ada jalan keluarnya.

Senin, 02 April 2012

tips sehat

Ada kalanya dalam kehidupan sehari – hari kita mengalami hal kecil yang cukup berdampak besar untuk kesehatan kita. Dalam tulisan ini ada beberapa tips yang cukup bermanfaat untuk kita semua tentunya, berikut beberapa tipsnya yang berbahan dasar makanan antara lain adalah :
• Kecap
Selain untuk penyedap makanan, dan menambah rasa manis untuk apapun makanan kita, ternyata kecap juga dapat mengaasi rasa mual saat mabuk perjalanan, caranya sangatlah mudah cukup ambil 2 sendok the kecap lalu minum sebelum memulai perjalanan, niscaya rasa mual pun berkurang.

• Bawang merah
Ternyata bawang merah tidak hanya untuk bahan masakkan, tetapi bisa pula untuk mengatasi gatal akibat gigitan nyamuk. Cara menggunakannya, ambil satu suing bawang merah, kupas,belah menjadi dua,gosokkan berulang-ulang pada bagian yang di gigit nyamuk, niscaya rasa gatal segera hilang.

• Kopi
Karena sering mengerjakan sesuatu, telapak tangan menjadi kasar. Hal ini sering membuat percaya diri berkurang. Agar telapak tangan menjadi halus, lakukan cara berikut. Ambil dua sendok makan kopi seduh dengan air panas , biarkan mengendap, ambil ampasnya, dan gosokkan berklali-kali pada kedua telapak tangan. Lakukan rutin sehari sekali. Beberapa saat kemudian, telapak tangan anda menjadi halus.

• Daun seledri
Banyak orang yang mengalami reumatik. Jika anda kebetlan menderita penyakit ini atasi dengan cara sederhana berikut ini :
Ambil daun seledri 1 tangkai, cuci bersih dan gunakan untuk lalapan setiap harinya.
Daun seledri juga baik untuk mengatasi darah tinggi. Caranya : ambil daun seledri secukupnya cuci bersih, tumbuk, beri air matang hangat, saring minum hangat-hangat 3 x sehari 2 sendok.
Jika konsumsi daun seledri itu dilakukan secara teratur, penyakit reumatik dan darah tinggi anda akan sembuh.

• Jahe
Ketikakita sedang batuk biasanya dahak sulit keluar, dahak yang sulit keluar sangatlah menjengkelkan. Untuk mengeluarkan dahak lakukan dengan cara berikut ini :
Ambil beberpa ruas jahe, bakar, tumbuk halus, masukkan ke dalam segelas air teh manis panas, minum hangat-hangat 4 x sehari. Kemudian, sekitar pukul 08.00 berjemurlah dibawah sinar matahari. Dahak akan mudah keluar dan nafas lebih lega.

Sabtu, 24 Maret 2012

Konsep Sehat

WHO mendefinisikan megenai sehat mempunyai karakteristik yang dapat meningkatkan konsep sehat ositif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. memusatkan erhatian secara utuh terhadap setiap individu.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO), yaitu :
“Kesehatan ialah suatu kondisi Sejahtera Jasmani Rohani serta Sosial Ekonomi”
Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :
1. Udara
2. Air
3. Makanan dan Minuman
4. Keseimbangan Emosi
5. Olahraga Teratur
6. Istirahat Cukup

Apabila keenam factor ini ada yang kurang atau terganggu fungsinya, maka kesehatan tidak akan seimbang. Karena, pola hidup manusia masa kini kurang sehat, dari segi lingkungan yang penuh polusi begitu juga dari segi makanan yang mengandung banyak bahan kimiawi.
3 komponen penting menurut WHO :

1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.

Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.



b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual (komponen tambahan )
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

Menurut para ahli konsep sehat adalah :
• Menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.

• Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

• Menurut White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.


Jadi, Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Jadi, Konsep Sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah. Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Adapun Dimensi Konsep Sehat sebagai berikut :
Penyesuaian yang dilakukan pada aspek psikis manusia umumnya merupakan satu kesatuan dengan aspek biologis, dan perkembangan psikologis manusia itu sendiri sebagai subtansi dari sistem eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek yg ada dalam diri manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang dapat mempengaruhi terhadap kesehatan mental, yaitu:
a. Pengalaman awal/ pengalaman pertama :
Pengalaman yan didapatkan dari suatu kejadian yang baru pertama kali dirasakan, akan menguji mental seseorang dalam masa yang akan datang.

b. Kebutuhan individu :
Bila seseoarang mampu memenuhi kebutuhannya, secara primer dan sekunder, bila kemampuan seseorang sudah mencapai puncaknya tapi suatu saat tidak dapat terpenuhi maka orang tersebut akan mengalami gangguan mental.
• Fisik
• Emosi
• Spiritual
• Intelektual

Sejarah Perkembangan Psikologi Kesehatan Mental
Psikologi kesehatan mental sudah ada sejak jaman prasejarah namun menurut para ilmuan sejak perang dunia II bsrulah diteliti serta di observasi. Namun para ilmuan meyakini bahwa ilmu tersebut sedah ada sejak jaman manusia itu sendiri ada.
Zaman peradaban awal
1. Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2. Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3. Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)

Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan.
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.


Teori Perkembangan Kepribadian menurut Erikson
Erik Erikson mengemukakan perkembangan ego melalui 8 tahap perkembangan psikososial agar mencapai perkembangan ego yang matang.
Tahap 1 : Pada Masa oral-sensorik
Memperoleh dasar kepercayaan dan di pihak lain mengatasi dasar ketidak-percayaan. Seorang bayi dilahirkan mulai berhadapan dengan kehidupan di dunia luar, tidak lagi tenang dan aman seperti ketika masih berada dalam kandungan ibunya. Erikson menamankan ini dengan krisis emosi antara mempercayai dan tidak mempercayai sesuatu.
Tahap 2: Masa anal-muskulatur
Merasakan adanyakebebasan dan perasaan malu dan ragu-ragu. Pertumbuhan fisik pada tahp ini memungkinkan untuk melakukan gerak-gerik, berjalan, berlari dengan bebas. Anak ingin mengetahui segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Penghalusan kemampuan-kemampuan motoriknya terlihat pada kemampuannya untuk menguasai otot, mampu membuang air seni dam membuang air besar.
Tahap 3: Masa genital-locomotor
Memperoleh perasaan bebas berinisiatif dan dipihak lain mengatasi perasaan bersalah. Pada anak mulai tumbuh “kepribadian”, ia mulai menetahui kemampuannya dan bisa berkhayal mengenai apa yang akan dilakukan. Ia bisa mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan.
Perkembangan psikologis pada masa ini terlihat dalam dua hal yakni:
1. Bahwa unsur-unsur struktur kepribadian, yakni id, ego dan superego mulai mencapai keseimbangan sabagai satu-kesatuan psikologis yang sesuai dan menampilkan kepribadian tertentu.
2. Anak mulai bisa mengetahui perbedaan-perbedaan jenis kelamin terhadap orang disekitarnya.
Tahap 4: Masa laten
Memperoleh perasaan gairah dan di pihak lainmengatasi perasaan rendah diri. Anak menyadari kebutuhannya untuk mendapat tempat dalam kelompok seumurannya.
Tahap 5: identitas vs kekacauan identitas
a. Orangtua sebagai figure identifikasi mulai luntur dan mencari figure identifikasi lain.
b. Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakininya.
c. Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali.
Tahap 6: keintiman vs isolasi
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja:
a. Terjadi hubungan yang penting dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
Tahap 7: perhatian terhadap apa yang diturunkan vs kemandekan
a. Adanya perhatian terhadap keturunan.
b. Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan.
c. Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi perhatian, berbagi dan membagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
Tahap 8: integritas vs keputusasaan, integritas adalah keberhasilan menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam hidup.
a. Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati keuntungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
b. Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidup sendirinya.
c. Dapat timbul keputusasaan dalam menghadapi perubahan siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup dihadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga kadang kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bahwa ajal sudah dekat.

Teori Perkembangan menurut Sigmund Freud
Freud mengemukakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung seumur hidup dan melalui tahap-tahap sesuai umurnya :
Fase oral: berlangsung dari umur 0-1 tahun
pada tahun pertama kehidupan.daeah pokok kegiatan dinamika adalah mulut sehingga fase ini dinamakan fase oral. Mulut dipandang sebagai sumber keenakan-ketidakenakan, kepuasan-ketidakpuasan, kenikmatan-ketidaknikmatan, yang berasal dari makanan yaitu pada saat menyusui atau disuapi.


Fase anal: berlangsung dari umur 1-3 tahun
ditandai dengan berkembangnya kepuasan (kateksis) dan ketidakpuasan (antikateksis) disekitar fungsi eliminasi. Dengan mengeluarkan feses timbul perasaan lega, nyaman, dan puas. Hal penting yang perlu diketahui:
Fase Falik: berlangsung sekitar umur 3-5 tahun
yang menjadi daerah erogen adalah bibir, fase anal adalah anus, sedangkan pada fase falik, daerah erogen terpenting adalah alat kelamin. Sebagai pusat dinamika perkembangan adalah perasaan seksual, dan agresif karena berfungsinya alat kelamin.
Fase laten: berlangsung sekitar umur 5-12 atau 13 tahun.
Laten artinya terpendam atau tersembunyi. Pada fase ini impuls cenderung dalam keadaan terpendam atau tersembunyi.
Fase pubertas: berlangsung sekitar 13-20 tahun.
Impuls-impuls yang semula tenang, tersembunyi menonjol kembali sehingga menimbulkan aktivitas dinamis lagi.
Fase Genital : berlangsung sekitar umur tahun 12 – 18 tahun.
individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang lain diinginkan hanya karena memberikan bentuk tambahan kenikmatan jasmaniah.

refrensi :

Psikologi Keprinadian I , Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) ,Editor : Dr. A. Supratiknya.

Theories of personality, calvin .s. Hall dan Gardner Lindzey

Wiley,john. Theories of personality,1978.New York.kansius

Kesehatan Mental

Konsep Sehat Serta Dimensinya

Konsep Sehat

WHO mendefinisikan megenai sehat mempunyai karakteristik yang dapat meningkatkan konsep sehat ositif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. memusatkan erhatian secara utuh terhadap setiap individu.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO), yaitu :
“Kesehatan ialah suatu kondisi Sejahtera Jasmani Rohani serta Sosial Ekonomi”
Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :
1. Udara
2. Air
3. Makanan dan Minuman
4. Keseimbangan Emosi
5. Olahraga Teratur
6. Istirahat Cukup

Apabila keenam factor ini ada yang kurang atau terganggu fungsinya, maka kesehatan tidak akan seimbang. Karena, pola hidup manusia masa kini kurang sehat, dari segi lingkungan yang penuh polusi begitu juga dari segi makanan yang mengandung banyak bahan kimiawi.
3 komponen penting menurut WHO :

1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.

Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.



b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4. Sehat Spiritual (komponen tambahan )
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

Menurut para ahli konsep sehat adalah :
• Menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.

• Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

• Menurut White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.






Jadi, Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Jadi, Konsep Sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah. Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Adapun Dimensi Konsep Sehat sebagai berikut :
Penyesuaian yang dilakukan pada aspek psikis manusia umumnya merupakan satu kesatuan dengan aspek biologis, dan perkembangan psikologis manusia itu sendiri sebagai subtansi dari sistem eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek yg ada dalam diri manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang dapat mempengaruhi terhadap kesehatan mental, yaitu:
a. Pengalaman awal/ pengalaman pertama :
Pengalaman yan didapatkan dari suatu kejadian yang baru pertama kali dirasakan, akan menguji mental seseorang dalam masa yang akan datang.

b. Kebutuhan individu :
Bila seseoarang mampu memenuhi kebutuhannya, secara primer dan sekunder, bila kemampuan seseorang sudah mencapai puncaknya tapi suatu saat tidak dapat terpenuhi maka orang tersebut akan mengalami gangguan mental.
• Fisik
• Emosi
• Spiritual
• Intelektual

Sejarah Perkembangan Psikologi Kesehatan Mental
Psikologi kesehatan mental sudah ada sejak jaman prasejarah namun menurut para ilmuan sejak perang dunia II bsrulah diteliti serta di observasi. Namun para ilmuan meyakini bahwa ilmu tersebut sedah ada sejak jaman manusia itu sendiri ada.
Zaman peradaban awal
1. Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2. Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3. Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)

Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan.
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.

referensi : Psikologi Kepribadian I, sejarah dan konsep kesehatan (2005)